Adatak sedikit golongan darah, tetapi yang populer di bidang medis merupakan golongan darah ABO serta Rhesus. Kedua golongan darah ini ditemukan oleh Dr. Karl Landsteiner, seorang dokter dari Austria, pada tahun 1900. Semula Landsteiner menemukan golongan darah A, B, serta C. Golongan C ini kemudian dinamakan golongan O. Pada tahun 1902 kolega
Squad, apakah kamu mengetahui tentang golongan darah? Biasanya di kartu identitas ada keterangan golongan darahmu, ya. Golongan darah ini merupakan salah satu keterangan yang penting, lho! Psstt tahukah kamu, golongan darah manusia terdiri dari 2 sistem, lho. Ketiga sistem tersebut adalah sistem ABO dan sistem Rhesus. Jadi, apa saja nih, yang harus kamu ketahui tentang sistem golongan darah? Kuy, cekidot! Squad, dari ketiga jenis sistem golongan darah berikut, sistem yang paling sering dipakai adalah sistem ABO. Lalu, sistem golongan darah yang lain, nggak penting, ya? Eits, semuanya penting dong! Kuy, kita bahas satu persatu! Sistem Golongan Darah ABO Sistem golongan darah ABO ini ditemukan oleh Karl Landsteiner. Pada sistem ABO, golongan darahnya ditentukan oleh aglutinogen dan aglutinin. Wah, apa sih aglutinogen itu? Aglutinogen adalah jenis protein yang dapat menggumpal aglutinasi dan terdapat pada eritrosit, sedangkan aglutinin adalah jenis serum antibodi yang dapat menggumpalkan aglutinogen. Aglutinin terdapat pada plasma darah. Baik Aglutinogen maupun aglutinin terbagi menjadi 2 jenis. Aglutinogen terbagi menjadi aglutinogen A dan aglutinogen B, sedangkan aglutinin terbagi menjadi α dan β. Aglutinin α menggumpalkan aglutinogen A dan aglutinin β menggumpalkan B. Supaya lebih jelas, yuk simak tabel di bawah ini! Tabel aglutinogen dan aglutinin sistem ABO No. Golongan Darah Aglutinin Aglutinogen 1 A β A 2 B α B 3 AB – A dan B 4 O α dan β – Ada beberapa catatan penting yang harus kamu ingat, nih. Golongan darah O adalah donor universal, sedangakan golongan darah AB adalah resipien universal. Maksudnya apa, tuh? Kuy, simak gambar di bawah ini! Sistem Golongan Darah Rhesus Sistem golongan darah rhesus ditemukan oleh Landsteiner dan Wiener. Berdasarkan sistem ini, ada 2 jenis rhesus, yaitu rhesus positif dan rhesus negatif. Tabel aglutinogen dan aglutinin sistem Rhesus Golongan Darah Aglutinogen/antigen Aglutinin/antibodi Rhesus positif Ada – Rhesus Negatif – Ada Berdasarkan tabel di atas, rhesus positif tidak bisa memberikan darahnya ke rhesus negatif karena akan terjadi penggumpalan antigen donor oleh antibodi resipien. Namun sebaliknya, rhesus negatif tetap dapat mendonorkan darahnya ke rhesus positif. Squad, ada sedikit informasi penting terkait sistem golongan darah rhesus ini, lho, Jadi, apabila seorang perempuan dengan rhesus negatif menikah dengan laki-laki rhesus positif, maka ketika perempuan tersebut mengandung anak dengan rhesus positif untuk pertama kalinya maka tidak akan terjadi apapun pada bayinya. Akan tetapi, jika perempuan tersebut mengandung bayi dengan rhesus positif untuk kedua kalinya, maka akan terjadi Eritroblastosis fetalis pada bayinya karena antibodi ibu yang sudah terbentuk akan menggumpalkan antigen yang ada darah bayi. Efeknya, antibodi ibu akan memakan darah bayi dan bayi yang dilahirkan akan mengalami anemia akut. Wah Squad, ternyata sistem golongan darah cukup kompleks, ya! Meskipun kompleks, kamu tetap harus semangat belajar, ya! Supaya makin semangat, yuk belajar dengan menggunakan ruanglesonline. Tinggal potret soalnya dan tanya ke tutor berpengalaman lewat aplikasi, beres deh! Yuk, download sekarang. Referensi Irnaningtyas, Istiadi Y. 2016. Biologi untuk SMA/MA Kelas XI Kurikulum 2013 yang Disempurnakan Edisi Revisi. Erlangga Jakarta. Artikel ini diperbarui 15 Desember 2020.

1dua jenis antigen M dan N itu ditentukan oleh sebuah gen yang memiliki dua alel.Alel LM menentukan adanya antigen M dalam eritrosit Darah memiliki peran penting dalam tubuh sebagai alat angkut zat makanan, oksigen, sisa-sisa metabolisme, serta hormon Berbeda dengan golongan darah sistem ABO, maka pada golongan darahsistem MN, serum atau

BerandaDalam golongan darah sistem ABO, apabila seseorang...PertanyaanDalam golongan darah sistem ABO, apabila seseorang memiliki alel I A I B di dalam tubuhnya, orang tersebut bergoLongan darah AB. Sifat alel dalam pembentukan golongan darah AB dinamakan ....Dalam golongan darah sistem ABO, apabila seseorang memiliki alel di dalam tubuhnya, orang tersebut bergoLongan darah AB. Sifat alel dalam pembentukan golongan darah AB dinamakan ....PembahasanSifat alel dalam pembentukan golongan darah AB dinamakan Kodominan . Kodominan adalah ekspresi dua alel pada suatu gen secara bersamaan yang kemudian menghasilkan fenotipe yang berbeda, dengan alel yang satu tidak dipengaruhi oleh alel lainnya. Sifat alel dalam pembentukan golongan darah AB dinamakan Kodominan karena kedua genotipe menghasilkan ekspresi sebagai fenotipe protein antigen A dan alel dalam pembentukan golongan darah AB dinamakan Kodominan. Kodominan adalah ekspresi dua alel pada suatu gen secara bersamaan yang kemudian menghasilkan fenotipe yang berbeda, dengan alel yang satu tidak dipengaruhi oleh alel lainnya. Sifat alel dalam pembentukan golongan darah AB dinamakan Kodominan karena kedua genotipe menghasilkan ekspresi sebagai fenotipe protein antigen A dan B. Perdalam pemahamanmu bersama Master Teacher di sesi Live Teaching, GRATIS!3rb+Yuk, beri rating untuk berterima kasih pada penjawab soal!DpDefira putri Nuralam Ini yang aku cari! Bantu banget Makasih ❤️©2023 Ruangguru. All Rights Reserved PT. Ruang Raya Indonesia
Golongandarah AB merupakan bentuk antara golongan darah A dan B. Selain golongan darah sistem ABO, tumbuhnya rambut pada segmen digitalis kedua dari jari-jari tangan pada manusia juga ditentukan oleh seri alel ganda, yaitu sebagai berikut: H 1 = rambut terdapat pada semua jari, ibu jari tidak dipakai H 2 = rambut terdapat pada jari kelingking
Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free e-Jurnal Ilmiah BIOSAINTROPIS BIOSCIENCE-TROPIC Volume 7/ No 1 / Halaman 91 – 96 / Agustus Tahun 2021 ISSN 2460-9455 e - 2338-2805p Biosaintropis Distribusi Golongan Darah ABO dan Rhesus 91 Distribusi dan Frekuensi Alel Golongan Darah Sistem ABO dan Rhesus pada Penduduk di Pulau Gili Ketapang Probolinggo Distribution and Allele Frequency of ABO Blood Group and Rhesus in Population of Gili Ketapang Island, Probolinggo Kirana Eka Rezki1 *, Rike Oktarianti2 ** , Hidayat Teguh Wiyono3, Purwatiningsih4 Jurusan Biologi FMIPA Universitas Jember, Indonesia ABSTRAK Sistem penggolongan darah pada manusia yang banyak dikenal adalah sistem ABO dan rhesus. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui distribusi golongan darah sistem ABO dan rhesus serta frekuensi alel pada populasi penduduk pulau Gili Ketapang, kabupaten Probolinggo. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode Slide Test dan dilakukan secara acak dengan cara melakukan pengundian jumlah sampel yang diambil sebanyak 384 jiwa. Identifikasi golongan darah sistem ABO pada penelitian ini dilakukan dengan metode slide dengan prinsip antigen aglutinogen yang direaksikan dengan antibodi aglutinin. Hasil penelitian menunjukkan distribusi golongan darah sistem ABO dan Rhesus O+ 46,61%, B+ 24,22%, A+ 23,18%, dan AB+ 5,99%. Frekuensi alel IA0,16, frekuensi alel IB 0,16, frekuensi alel i 0,68, dan frekuensi alel rhesus positif Rh+ adalah 1. Proporsi fenotip dan frekuensi alel tertinggi adalah golongan darah O untuk sistem penggolongan darah ABO. Sedangkan untuk penggolongan berdasarkan rhesus diperoleh seratus persen rhesus positif. Data tersebut menunjukkan bahwa persebaran golongan darah O dan rhesus positif pada penduduk pulau Gili Ketapang relatif sama dengan hasil penelitian lain di Indonesia. Kata kunci Golongan Darah, ABO, Rhesus ABSTRACT The most recognized blood group systems in human are the ABO and Rhesus system. The purpose of this study was to determine the distribution of ABO and rhesus blood groups and allele frequencies in the population of Gili Ketapang Island, Probolinggo. Sampling was carried out using the Slide Test method and was carried out randomly by drawing lots, the number of samples taken was 384 people. The identification of the blood group of the ABO system in this study was carried out using the slide method with the principle of antigen agglutinogen reacted with antibody agglutinin. The results showed the distribution of blood group systems ABO and Rhesus O+ B+ A+ and AB+ The frequency of the IA allele the IB allele frequency the i allele frequency and the positive rhesus allele frequency Rh+ are 1. The highest proportion of phenotypes and allele frequencies is type O blood in the ABO blood group system. While the classification based on rhesus shows one hundred percent positive rhesus. This shows that the distribution of blood type O and rhesus positive on the inhabitants of the Gili Ketapang island was similiar to other studies in Indonesia. Keywords ABO and Rhesus blood groups * Kirana Eka Rezki, Jurusuan Biologi FMIPA UNEJ. JL. Kalimantan 37, Jember, ** Rike Oktarianti, Jurusan Biologi FMIPA UNEJ, JL. Kalimantan 37 Jember. Email doi Diterima tanggal 25 Agustus 2021– Diterbitkan Tanggal 31 Agustus 2021 e-Jurnal Ilmiah BIOSAINTROPIS BIOSCIENCE-TROPIC Volume 7/ No 1 / Halaman 91 – 96 / Agustus Tahun 2021 ISSN 2460-9455 e - 2338-2805p Biosaintropis Distribusi Golongan Darah ABO dan Rhesus 92 Pendahuluan Gili Ketapang merupakan satu-satunya desa yang terletak di Pulau Gili, yaitu sebelah utara Kabupaten Probolinggo, Provinsi Jawa Timur Juniarta. et al., 2013. Pulau Gili Ketapang dihuni oleh penduduk suku Madura dengan jumlah penduduk mencapai jiwa Dinas Lingkungan Hidup, 2018. Populasi suku Madura masih menjunjung tinggi nilai adat istiadat di daerah setempat, salah satunya adalah adat tentang pernikahan . Pernikahan dengan satu suku ini masih berlangsung di populasi etnis Madura di pulau ini, hampir 90% masyarakatnya melakukan perkawinan dalam satu suku. Hal ini bertujuan untuk mempertahankan keutuhan ikatan persaudaraan dan menjaga hubungan kekerabatan Subhan,2020. Perkawinan dalam satu suku dan dalam lingkup wilayah yang sama ini termasuk dalam kategori perkawinan endogami atau perkawinan tertutup. Perkawinan endogami merupakan perkawinan yang dilakukan dalam satu suku, etnis, klan, dalam satu lingkungan yang sama Budilová, 2020. Salah satu faktor terjadinya perkawinan endogami karena faktor geografis. Wilayah Pulau Gili Ketapang yang susah dijangkau menjadikan tempat ini terisolasi sehingga interaksi populasi dengan suku lain sulit dilakukan Rochmawati, 2016. Perkawinan sistem tertutup atau endogami akan berdampak terhadap peningkatan homosigositas dan penurunan variasi genetik atau heterosigositas Yudianto. et al., 2017. Perkawinan tertutup dapat menyebabkan orang tua mewariskan gen identik atau gen yang bersifat homozigot kepada anaknnya Marchi, et al., 2018. Salah satu sifat genetik yang diwariskan oleh orang tua adalah golongan darah. Golongan darah diwariskan dari orang tua ke anaknya tidak dipengaruhi oleh faktor lingkungan luar Maatoghi, et al., 2016 Sistem penggolongan darah pada manusia yang banyak dikenal adalah sistem ABO dan rhesus Maatoghi, et al., 2016. Golongan darah sistem ABO pada manusia dibagi menjadi 4, yaitu golongan darah A, B, O dan AB Oktari & Silvia, 2016. Pengelompokan golongan darah ini tergantung pada jenis antigen yang ada pada permukaan sel darah merah Shadia & Hossain, 2018. Golongan darah sistem ABO ini ditentukan oleh tiga macam alel, yaitu alel IA, IB, dan alel i. Alel IA dan alel IB bersifat dominan terhadap alel i. Alel IA tidak dominan terhadap alel IB begitupun sebaliknya alel IB tidak dominan terhadap alel IA, sehingga alel IA dan IB disebut kodominan Irawan, 2010. Keberadaan alel tersebut mampu menyebabkan pewarisan golongan darah sistem ABO menghasilkan individu dalam keadaan homozigot atau heterozigot Denise,2005. Selain golongan darah sistem ABO terdapat penggolongan darah pada manusia berdasarkan rhesus. Golongan darah sistem rhesus merupakan penggolongan darah berdasarkan ada atau tidaknya antigen-D di dalam sel darah merah. Rhesus terdiri dari dua komponen yaitu Rhesus positif RH+, dan rhesus negatif RH. Golongan darah rhesus positif jika di dalam darah terdapat antigen-D dan sebaliknya golongan darah rhesus negatif jika di dalam darah tidak terdapat antigen-D Haqq, 2018. Melihat kondisi wilayah dan geografi Pulau Gili Ketapang yang merupakan daerah terpencil, menyebabkan penduduk cenderung melakukan perkawinan tertutup atau endogami. e-Jurnal Ilmiah BIOSAINTROPIS BIOSCIENCE-TROPIC Volume 7/ No 1 / Halaman 91 – 96 / Agustus Tahun 2021 ISSN 2460-9455 e - 2338-2805p Biosaintropis Distribusi Golongan Darah ABO dan Rhesus 93 Penelitian terdahulu pernah dilakukan oleh Puspito 2004 di Pulau Gili Ketapang Probolinggo, menghasilkan data distribusi golongan darah sistem ABO tertinggi adalah golongan darah O. Maka penelitian terkait distribusi golongan darah ABO dan rhesus, pada penduduk desa Gili Ketapang Probolinggo menarik untuk dilakukan kembali. Hal ini bertujuan untuk melihat apakah terjadi perubahan pada proporsi fenotip dan frekuensi alel golongan darah sistem ABO dan rhesus selama kurun waktu 17 tahun sejak terakhir dilakukan peneltian. Metode Penelitian dilakukan pada bulan April - Juni 2021, di Desa pulau Gili Ketapang kabupaten Probolinggo. Pengambilan sampel dilakukan secara acak dengan cara dilakukan pengundian. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 384 jiwa merupakan penduduk asli Pulau Gili Ketapang yang melakukan perkawinan endogami dan keturunannya. Identifikasi golongan darah sistem ABO pada penelitian ini dilakukan dengan metode slide test dengan prinsip antigen aglutinogen yang direaksikan dengan antibodi aglutinin Guyton dan Hall, 2019. Pengambilan sampel yang dilakukan mengikuti prosedur yang disetujui dan diterbitkan oleh Komisi Etik, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Jember dengan nomor Ethical Clearance 1224/ Parameter penelitian meliputi penghitungan proporsi fenotip golongan darah sistem ABO dan frekuensi alel IA, IB, i dan alel rhesus. Menghitung proporsi fenotip golongan darah sistem ABO yaitu menghitung proporsi golongan darah O, A, B dan AB dengan rumus. Frekuensi alel IA, IB, dan i pada golongan darah sistem ABO dihitung menggunakan rumus. Hasil dan Diskusi Proporsi fenotip golongan darah sistem ABO dan rhesus pada penduduk desa Gili Ketapang Probolinggo dan data pembanding dari PMI Kabupaten Probolinggo dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Proporsi fenotip golongan darah sistem ABO pada penduduk GiliKetapang dan data Pembanding PMI Tabel 1 menunjukan data persentase hasil dari perhitungan proporsi fenotip penduduk Gili Ketapang tahun 2004, 2021 dan data pembanding dari PMI Kabupaten Probolinggo. Dilihat dari Tabel menunjukan bahwa ada sedikit perbedaan dengan data tahun 2004. Data Tahun 2004 digunakan untuk membandingkan atau melihat adanya perubahan pada proporsi fenotip dan frekuensi alel selama 17 tahun dilakukan penelitian ditempat yang sama. Jumlah individu dengan golongan darah B lebih tinggi terpaut jauh dari data 2021. Data 2021 menunjukan bahwa individu yang bergolongan darah A dan B memiliki persentase yang hampir sama. Hal ini menunjukkan dalam kurun waktu 17 tahun jumlah penduduk yang memiliki golongan darah A mengalami peningkatan dan sebaliknya golongan darah B mengalami penurunan persentase. Demikian juga untuk e-Jurnal Ilmiah BIOSAINTROPIS BIOSCIENCE-TROPIC Volume 7/ No 1 / Halaman 91 – 96 / Agustus Tahun 2021 ISSN 2460-9455 e - 2338-2805p Biosaintropis Distribusi Golongan Darah ABO dan Rhesus 94 persentase golongan darah AB mengalami peningkatan sedangkan golongan O terjadi penurunan persentase. Perbedaan persentase ini dapat disebabkan beberapa faktor salah satunya adalah faktor migrasi. Berdasarkan hasil survei penduduk Gili Ketapang sering melakukan mobilitas dari dalam dan keluar pulau. Tabel 1 menunjukkan bahwa persentase proporsi fenotip tertinggi adalah golongan darah O baik pada penduduk pulau Gili Ketapang maupun data PMI Probolinggo. Data PMI dan data hasil penelitian di Pulau Gili Ketapang menunjukan angka yang berbeda hal ini dapat dikarenakan lokasi pengambilan sampel yang berbeda, tetapi secara pola distribusi golongan darah sistem ABO pada penduduk Gili dan data pembanding dari PMI Kabupaten Probolinggo hampir sama yaitu urutannya O, B, A, AB. Pola distribusi golongan darah dengan urutan O, B, A, AB secara umum sering dijumpai di Indonesia Kemenkes RI, 2018. Hasil pemeriksaan Rhesus, semua penduduk Pulau Gili Ketapang Kabupaten Probolinggo memiliki Rhesus Positif + dan tidak dijumpai adanya Rhesus Negatif -, hal ini karena golongan darah rhesus negatif Rh- hanya ditemukan sekitar 15% pada ras kulit putih, sedangkan pada ras Asia jarang dijumpai rhesus negatif, kecuali terjadi perkawinan campuran dengan orang asing yang bergolongan rhesus negatif Arosa,2016 Berdasarkan data dari Kemenkes RI 2016 di Indonesia jumlah frekuensi alel Golongan darah Rhesus Positif mencapai 99%, dan frekuensi alel golongan darah Rhesus negatif hanya 0,1%. Frekuensi alel golongan darah sistem ABO pada populasi pulau Gili Ketapang dan data pembanding PMI Kabupaten Probolinggo dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Frekuensi alel golongan darah sistem ABO penduduk pulau Gili Ketapang dan data PMI Berdasarkan Tabel 2. dapat dilihat frekuensi alel golongan darah penduduk Gili Ketapang dan Data PMI Kabupaten Probolinggo. Nilai frekuensi alel populasi pulau Gili Ketapang yang dilakukan pada tahun 2021 sedikit berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Agung Puspito 2004. Perbedaan terjadi pada frekuensi alel IA dan IB. Sedangkan frekuensi alel i data 2021 dan 2004 relatif sama. Perbedaan frekuensi alel IA dan IB dapat terjadi, hal ini diduga dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Iza 2017, adanya migrasi dan perkawinan acak yang dapat mempengaruhi frekuensi alel. Diduga selama kurun waktu 17 tahun telah terjadi migrasi dan perkawinan acak yang menyebabkan perubahan pada frekuensi alel golongan darah sistem ABO. Jika terjadi migrasi ke dalam maka terjadi penambahan alel tertentu sedangkan jika migrasi keluar maka terjadi pengurangan alel tertentu dari suatu populasi. Jika dibandingkan dengan data PMI, menunjukkan ada perbedaan pada frekuensi alel IA dan IB, namun untuk alel i frekuensi relatif sama. Perbedaan frekuensi alel IA, IB diduga dipengaruhi perbedaan lokasi pengambilan sampel. Frekuensi alel i lebih tinggi dari frekuensi alel lainnya baik pada populasi Pulau Gili Ketapang maupun data PMI Kabupaten Probolinggo, hal ini karena alel i terdapat pada hampir semua golongan darah. Menurut Campbell et al 2010 alel i terdapat pada golongan darah A heterozigot, golongan darah B heterozigot dan golongan darah O. Jumlah sampel yang bergolongan darah O lebih tinggi daripada golongan darah lainnya oleh karena itu golongan darah O menyumbangkan alel i terbanyak. Golongan darah lain yang diperiksa adalah golongan darah sistem rhesus. Hasil pemeriksaan golongan darah sistem rhesus penduduk Gili Ketapang semuanya memiliki golongan darah positif. Hal ini didukung data dari Kemenkes RI 2018 yang menyatakan hampir 99% penduduk Indonesia memiliki golongan darah dengan rhesus positif. Frekuensi alel rhesus dapat dilihat pada tabel 3 yang menunjukan bahwa frekuensi alel rhesus positif adalah 1. Frekuensi golongan darah rhesus berbeda-beda pada berbagai suku bangsa, namun semua negara rata-rata memilki frekuensi alel rhesus positif yang lebih tinggi dibandingkan rhesus negatif Suryo, 2012. Hal ini didukung oleh beberapa penelitian yang telah dilakukan di beberapa negara seperti negara Maroco yang memiliki nilai frekuensi alel golongan darah rhesus positif 0,91 dan golongan darah rhesus negatif 0,09 Benahadi, 2018. Tabel 3. Frekuensi alel Golongan darah sistem Rhesus e-Jurnal Ilmiah BIOSAINTROPIS BIOSCIENCE-TROPIC Volume 7/ No 1 / Halaman 91 – 96 / Agustus Tahun 2021 ISSN 2460-9455 e - 2338-2805p Biosaintropis Distribusi Golongan Darah ABO dan Rhesus 95 Kesimpulan Distribusi golongan darah sistem ABO dan Rhesus pada populasi Pulau Gili Ketapang Kabupaten Probolinggo yang mayoritas melakukan perkawinan endogami berturut-turut sebagai berikut, O+ 46,61%, B+ 24,22%, A+ 23,18%, dan AB+ 5,99%. Frekuensi alel golongan darah sistem ABO dan rhesus pada populasi Pulau Gili Ketapang Kabupaten Probolinggo adalah frekuensi alel IA 0,16, frekuensi alel IB 0,16, dan frekuensi alel i 0,68, dan frekuensi alel rhesus positif 1. Ucapan Terima Kasih Penulis mengucapkan terimakasih kepada perangkat desa yang telah membantu pelaksanaan penelitian dan penduduk di desa pulau Gili Ketapang, kabupaten Probolinggo yang telah bersedia menjadi probandus dalam penelitian ini. Daftar Pustaka [1] Alimba, C. G., O. Khalid, Adekoya, O. Bola, dan Oboh. 2010. Prevalence and frequencies of Phenylthiocarbamide PTC Taste Sensitivity, ABO and rhesus factor Rh blood groups, and haemoglobin variants among a Nigerian Population. The Egyptian Journal of Medical Human Genetics. 11 10 153 – 158. [2] Amania, N., H. T. Wiyono, dan R. Oktariani. 2020. Frekuensi alel golongan darah sistem A-B-O pada populasi Suku Osing Desa Kemiren Kabupaten Banyuwangi. Bioma. 5 1 11-21. [3] Apecu, R. O., E. M. Mulogo, F. Bagenda, dan A. Byamungu. 2016. ABO and rhesus D blood group distribution among blood donors in Rural South Western Uganda A retrospective study. BMC Research Notes. 9 1 1-4. [4] Basu, D., Datta, M. Celina, B. Prasun, M. Krishnendu, dan Willy. 2017. ABO, Rhesus and Kell Antigens, Alleles and Haplotypes in West Bengal India. Transfusion Medicine and Hemotherapy. 45 62-66. [5] Benahadi, A., R. Alami, S. Boulahdid, B. Adouani, A. Laouina, A. Mokhtari, A. Soulaymani, H. Khdija, dan M. Benajiba. 2013. Distribution of ABO and rhesus D blood antigens in Morocco. The Internet Journal of Biological Anthropology. 61 1-6. [6] Budilova, L. J. 2019. Endogamy Between Ethnicity and Religion. Marriage and Boundary Construction in voyvodovo Bulgaria. [7] Candra, T., G, Ashish. 2012. Prevalence of ABO and Rhesus Blood Group in Northern India. Blood Disorders & Transfusion. 3 5. e-Jurnal Ilmiah BIOSAINTROPIS BIOSCIENCE-TROPIC Volume 7/ No 1 / Halaman 91 – 96 / Agustus Tahun 2021 ISSN 2460-9455 e - 2338-2805p Biosaintropis Distribusi Golongan Darah ABO dan Rhesus 96 [8] Chester, M. A. dan M. L. Olsson. 2001. The ABO blood group gene A locus of considerable genetic diversity. Transfusion Medicine Reviews. 15 3 177-200. [9] Christian, dan E. M. Eze. 2018. Haemoglobin genotype, ABO and rhesus blood group distribution in Briggs family of Abonema Rivers State, Nigeria. Asian Journal of Medicine and Health. 132 1-8. [10] Golassa, L., T. Arega, E. Berhanu, M. Haseen. 2017. High rhesus RhD negative frequency and ethnic-group based ABO blood group distribution in Ethiopia. BMC research notes. 10 1 1-5. [11] Hameed, A. H, Wajahat., A, Janbaz., R, Fazli., Q, A, Javed. 2002. Prevalence of Phenotypes and Genes of ABO and Rhesus Rh Blood Groups in Faisalabad, Pakistan. Pakistan Journal of Biological Scinces. 5 6 722-724. [12] John, S. 2017. Prevalence of ABO and rhesus blood groups in blood donors a study from a tertiary care Centre in South Kerala. Internasional Journal of Contemporary Medical Research. 4 11 77-83. [13] Kumar, N., Kapoor, N., Kalwar, A., N, Satya., S, K, Mukesh., K, Akhender., M, Abhishek., B, R, Megh. 2014. Allele Frequency of ABO Blood Group Antigen and the Risk of Esophageal Cancer. Biomed Research Internasional. [14] Maatoghi, J. T., M. Paridar, M. M. Shoushtari, B. Kiani, B. Nori, M. Syahjahani, A. Khosravi, N. A. Kelarijani, O. K. Ghalesardi, dan M. A. Jalali. 2016. Distribution og ABO blood groups and rhesus factor in a large scale study of different cities and Ethnicities in Khuzestan Province. Iran. Jurnal of Medical Human Genetic. 17 105-109. [15] Okpara, M. 2013. Frequency Distribution Of ABO, RH Blood Groups and Blood Genotypes Among the Student and Staff of Michael Okpara University of Agriculture, Umudike Abia State, Nigeria. [16] Paul, G., U. Saloni, S. S. Chufal, Y. Hasan, dan I. Tayal. 2014. Prevalence og ABO and rhesus blood groups in blood donors a study from a tertiary care teaching hospital of Kumaon Region of Uttarakhand. Journal of Clinical and Diagnostic Research. 8 12 16. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this Few studies have documented the blood group antigens in the population of eastern India. Frequencies of some common alleles and haplotypes were unknown. We describe phenotype, allele, and haplotype frequencies in the state of West Bengal, India. Methods We tested 1,528 blood donors at the Medical College Hospital, Kolkata. The common antigens of the ABO, Rhesus, and Kell blood group systems were determined by standard serologic methods in tubes. Allele and haplotype frequencies were calculated with an iterative method that yielded maximum-likelihood estimates under the assumption of a Hardy-Weinberg equilibrium. Results The prevalence of ABO antigens were B 34%, O 32%, A 25%, and AB 9% withABOallele frequencies for O = A = and B = The D antigen RH1 was observed in of the blood donors withRHhaplotype frequencies, such as for CDe = cde = and CdE = The K antigen K1 was observed in 12 donors withKELallele frequencies for K = and k = the Bengali population living in the south of West Bengal, we established the frequencies of the major clinically relevant antigens in the ABO, Rhesus, and Kell blood group systems and derived estimates for the underlying ABO and KEL alleles and RH haplotypes. Such blood donor screening will improve the availability of compatible red cell units for transfusion. Our approach using widely available routine methods can readily be applied in other regions, where the sufficient supply of blood typed for the Rh and K antigens is Knowledge of the distribution of ABO-RhD blood groups in a locality is vital for safe blood services. However, the distribution of these blood systems among Ethiopians in general is little explored. This study was, therefore, designed to determine the ABO-RhD blood group distribution among patients attending Gambella hospital, southwestern Ethiopia. MethodsA cross-sectional study was conducted between November and December 2013 N = 449. The patients were grouped into two broad categories. Those who originally moved from different parts of Ethiopia and currently residing in Gambella are named highlanders’ n = 211. The other group consisted of natives Nilotics to the locality n = 238. ABO-RhD blood groups were typed by agglutination, open-slide test method, using commercial antisera Biotech laboratories Ltd, Ipswich, Suffolk, UK. ResultsOverall, majority of the participants had blood type O’ followed by types A’ B’ and AB’ However, blood type A’ was the most frequent blood group among the highlanders’ and of Nilotic natives had type O’. The proportion of participants devoid of the Rh factor was Conclusions While the ABO blood group distribution is similar to previous reports, the RhD frequency is much higher than what was reported so far for Ethiopia and continental In Uganda, geographical distribution of blood groups and Rhesus D factor varies across the country. The aim of this study was to examine the distribution of these groups among voluntary blood donors in rural southwestern Uganda. Results Twenty-three thousand five hundred four 23,504 blood donors were included in the study. The donors had a mean age of 21 years SD ± and were mainly male 73%. The distribution of ABO blood group was; blood group O blood group A blood group B and blood group AB The proportions of Rhesus D positive and Rhesus D negative were 98 and 2% respectively. The proportion of non-adult donors A > B > AB, with males as the predominant donors. The frequency of Rhesus D negative is very low in rural southwestern Ugandan and is mainly among males. The blood bank services in southwestern Uganda need to develop innovative strategies targeting female donors who are more likely to boost blood stocks in the The demand for blood and blood products has increased due to advances in medical science, population growth and increased life expectancy. This has increased the need for various blood groups in Khuzestan province because of the higher incidence of thalassemia and other blood transfusion dependent disorders in this province. Aim of the study Due to the presence of various ethnic groups in Khuzestan province, several types of blood components are required. Knowing the distribution of blood groups in different blood collection centers and tribes is vital for proper object oriented blood collection. Subjects and methods This was a descriptive cross-sectional study. The study population consisted of 29,922 donors visiting Ahvaz transfusion center, affiliated centers and mobile teams except for teams established in garrisons during three months in 2014. Forward and reverse blood grouping was conducted based on hemagglutination and hemolysis reactions. Data analysis was done by Chi-square test using SPSS software. Results The highest percentage of blood groups in Khuzestan province was related to blood group O with the highest prevalence in Izeh and the lowest in Shadegan. The second most prevalent group was A for which Ramhormoz and Bandar-e Emam Khomeini had the highest percentage, and AB blood group had the lowest percentage and was most frequent in Shadegan. Moreover, blood group B was the most prevalent after group O among different ethnicities except for Bakhtiaris. Conclusion Our study showed ethnicity-related prevalence. Overall, the blood group O had the highest prevalence and AB the lowest percentage among the ethnicities, indicating a significant difference with studies in other parts of the ABO blood group and risk of squamous cell carcinoma of esophagus have been reported by many studies, but there is no discipline that had provided association with the genotype and gene frequency by population statics. Methods We conducted a case-control study on 480 patients with squamous cell carcinoma of the esophagus and 480 noncancer patients. ABO blood group was determined by presence of antigen with the help of monoclonal antibody. Chi-square test and odds ratio OR with 95% confidence intervals CIs were calculated by statistical methods, and gene frequencies were calculated by Hardy-Weinberg model. Results We observed significant associations between ABO genotype and squamous cell carcinoma of esophagus. OR 95% CIs was for presence of B antigen allele relative to its absence P A close analysis using a z- score test showed that Ouarzazate from the South East of the country clears apart from all other regions. These findings are concordant with the geographical and historical data of Morocco. Finally, the found distribution would be of a great help in mapping the country’s distribution of the ABO Rhesus D blood groups and blood donors’ Blood groups and phenylthiocarbamide PTC are the most studied genetic traits among human populations around the world. In most of these studies, PTC taste sen-sitivity was described as a bimodal autosomal trait inherited in a simple Mendelian recessive pat-tern. ABO blood group is the most studied blood groups followed by Rhesus factors Rh and haemoglobin variants. Information from the study of these traits is useful to biologists, geneticists, anthropologists and clinicians. No information on the prevalence and gene frequencies of these traits among a population from Nigeria. Aim This study presents information on the prevalence and gene frequencies of PTC taste sensi-tivity, ABO blood group and Rhesus factor, and Haemoglobin variants from male and female Nige-rians examined. Subjects and methods A total of 232 male and 220 female Nigerians partici-pated in this study. Filter paper impregnated with mg/L of saturated solution of PTC was Lenka J. BudilovaThe article explores the concept of endogamy from the viewpoint of boundary construction in social anthropology. The author summarizes scholarly accounts of endogamy that conceptualize endogamy in terms of ethnicity, race, locality, or language. She argues that to determine an endogamous group, we should proceed from the actors´ point of view and ask what criteria the actors themselves consider as culturally meaningful. On the example of marriages of Czech- and Slovak-speaking Protestants in the Bulgarian village of Voyvodovo in 1900–1950 the author shows what these marriages and the actors´ perspective reveal about the character of the us/them boundary. The data are based on a long-term anthropological fieldwork using mainly participant observation, interviews and the genealogical method, along with the analysis of the local parish registers for the period 1900–1950. The inhabitants of the village that has been habitually represented a compatriot village’ in the scholarly literature are depicted as constituting their identity more on religion than on shared ethnicity. The results of the research suggest that the villagers preferred people of the same religion as marriage partners, without any regard to their ethnicity or language. The author argues that the study of marriage rules should follow the same principles anthropologists have widely applied to the study of ethnicity to focus on the differences people consider to be significant in constructing the boundaries between groups rather than to assume objective criteria delimiting endogamous groups. Available at frequencies of ABO and Rhesus D blood groups and influence of gender were determined on prevalence of these blood groups. Blood group B was found to be the most frequent The frequency of blood group O was for group A and for group AB In Rhesus blood grouping system the frequency of Rhesus D positive was Gene frequencies with respect to ABO and Rhesus D negative were different as for only ABO and ABO along with Rhesus D positive. The trend can be shown with a general formula O > B > A > AB. Group A positive respectively and negative respectively was more frequent in females as compared to males. In contrast group AB was more prevalent in males as compared to females There was a real preponderance of the blood group B over the blood groups O, A and AB as well as Rh D positive over Rh D negative. Predominance of blood group A in women was also reported. Group A along with Rhesus D negative group was more frequent than group B along with Rhesus D negative. Padamanusia dikenal adanya sistem golongan darah ABO yang diwariskan oleh multiple alel dari sebuah gen. Dalam golongan darah manusia terdapat satu gen dan disebut gen I, dengan alel gandanya, yaitu golongan darah A alelnya IA, golongan darah B alelnya IB, golongan darah AB alelnya IAIB dan golongan darah O alelnya IO. Golongan darah seseorang dengan orang lain dapat sama atau berbeda tergantung antigen dan antibodi yang terdapat pada darahnya. Penggolongan darah manusia yang paling umum adalah sistem ABO. Penggolongan darah sistem ini ditemukan olek Karl Lensteiner pada tahun 1900, karena penemuannya ini beliau mendapat hadiah nobel pada tahun 1930. Golongan darah yang sesuai apabila dicampur tidak akan menggumpal. Sedangkan golongan darah yang tidak sesuai apabila di campur akan menggumpal aglutinasi. Oleh karena itu, seseorang yang mengalami kecelakaan dan memerlukan transfusi darah harus memperoleh jenis darah yang sesuai dengan darahnya. Transfusi darah yang tidak sesuai dapat mengakibatkan penggumpalan dan dapat membahayakan tubuh. Terdapat tiga jenis darah dalam penggolongan sistem ABO, yaitu golongan darah A, B, AB, dan O. Penggolongan ini ditentukan dari antigen dan antibodi yang terdapat pada darah. Antigen dalam golongan darah disebut juga aglutinogen terdapat pada eritrosit atau sel darah merah. Sedangkan antibodi dalam golongan darah disebut juga aglutinin terdapat pada plasma darah. Golongan darah A memiliki antigen A pada eritrositnya dan memiliki antibodi anti-B dalam plasmanya. Gongan darah B memiliki antigen B pada eritrositnya dan memiliki antibodi anti-A dalam plasmanya. Golongan darah AB memiliki antigen A dan B pada eritrositnya, namun tidak memiliki antibodi dalam plasmanya. Golongan darah O tidak memiliki antigen dalam eritrositnya, namun memiliki antibodi anti-A dan anti-B dalam plasmanya. Penggumpalan darah yang terjadi antara darah yang berbeda jenis terjadi karena interaksi antara antigen dan antibodi. Apabila antigen A bertemu dengan antibodi anti-A maka akan terjadi gumpalan, dan apabila antigen B bertemu dengan anti-B akan terjadi gumpalan juga. Karena interaksi tersebut maka pada saat transfusi darah, perlu diperhatikan tentang golongan darah ang sesuai. Aturan dalam transfusi darah adalah sebagai berikut. Golongan darah A dapat diberikan kepada golongan A dan AB, dan dapat menerima dari golongan A dan O. Golongan darah B dapat diberikan kepada golongan B dan AB, dan dapat menerima dari golongan B dan O. Golongan darah AB dapat diberikan kepada golongan AB saja, namun dapat menerima darah dari semua golongan sehingga golongan darah ini disebut resipien penerima universal. Golongan darah O dapat diberikan pada semua golongan darah sehingga disebut sebagai donor pemberi universal, namun golongan darah O hanya bisa menerima dari golongan O saja. Bagan transfusi darah Pengujian golongan darah atau yes golongan darah dapat dilakukan dengan meneteskan antibodi pada darah yang telah diambil dari seseorang. Antibodi yang digunakan adalah anti-A, anti-B, dan anti-AB. Darah diteteskan pada tiga tempat terpisah dan diberi anti-A pada satu tempat, anti-B pada tempat yang lain, dan anti-AB pada tempat terakhir. Yang akan terjadi pada darah ketika diberi antibodi tersebut adalah sebagai berikut. Golongan darah A akan menggumpal ketika ditetesi anti-A dan anti-AB, dan tidak menggumpal dengan anti-B. Golongan darah B akan menggumpal ketika ditetesi anti-B dan anti-AB, dan tidak menggumpal dengan anti-A. Golongan darah AB akan menggumpal ketika ditetesi semua antibodi tadi, baik anti-A, anti-B, maupun anti-AB. Golongan darah O tidak akan menggumpal ketika ditetesi anti-A, anti-B, maupun anti-AB. Tes golongan darah Dalam penelitian yang banyak dilakukan, terbukti bahwa golongan darah O merupakan golongan darah yang paling banyak ditemukan. Sedangkan golongan darah AB merupakan golongan darah yang paling sedikit ditemukan. Perbedaan golongan darah disebabkan oleh gen penentu golongan darah yang terdapat pada kromosom. Terdapat alel IA, IB, dan i yang menentukan golongan darah. Golongan darah A memiliki gen IAIA atau IAi dalam kromosomnya. Golongan darah B memiliki gen IBIB atau IBi dalam kromosomnya. Golongan darah AB memiliki gen IAIB dalam kromosomnya. Golongan darah O memiliki gen ii dalam kromosomnya.
Darahsetiap orang berbeda-beda, tergantung dari golongan darah yang dimiliki. Penggolongan darah menurut Landsteiner dapat ditentukan dengan menggunakan sistem ABO dan faktor Rh (Rhesus). Penggolongan darah berdasarkan faktor Rh ditentukan oleh alel ganda. Misalnya untuk golongan darah tipe ABO dikenal oleh alel ganda I A, I B dan I O.

Dalamhereditas pada manusia, ada beberapa cara menentukan golongan darah. Sistem pertama yang biasa digunakan adalah sistem ABO. Menurut sistem ABO, golongan darah manusia dikontrol oleh 3 macam alel, yaitu alel IA, IB, dan IO. Alel IA dan alel IB memiliki sifat dominan, sementara alel IO sifatnya resesif.

Golongandarah pada manusia merupakan sifat keturunan yang ditentukan oleh alel ganda. (multiple alleles) (Susanto. 2011). Golongan darah ABO yang ditemukan oleh Landsteiner pada tahun 1900 dan factor Rh yang ditemukan oleh Landsteiner bersama Weinet pada tahun 1942 juga ditentukan oleh alel ganda. Dalam sistem ABO, tT3drIv.
  • miivgq6dvt.pages.dev/12
  • miivgq6dvt.pages.dev/350
  • miivgq6dvt.pages.dev/178
  • miivgq6dvt.pages.dev/130
  • miivgq6dvt.pages.dev/263
  • miivgq6dvt.pages.dev/230
  • miivgq6dvt.pages.dev/114
  • miivgq6dvt.pages.dev/21
  • miivgq6dvt.pages.dev/128
  • golongan darah abo pada manusia ditentukan oleh sistem multi alel